20090502

Batu itu Menjadi Daun




Refleksi-rasionalisasi-Kuliah Kemarin
tidak ada maksud untuk mencontreng nama baik jurusan saya. meskipun semua saudara bergelar sarjana dan bahkan ada yang sedang dalam desertasi-nya, saya merasa tidak ada hal yang menarik dari kuliah (jurusan psikologi) di kampus saya. sebuah hal yang wajar bila harapan dibenturkan dengan kenyataan (idealism! banyak orang menyebutnya). atau mungkin semua ini hanya saya saja tidak mau mengikuti garis-garis besar seorang mahasiswa atau bahkan saya berharap di dedengar tapi tidak ada yang mendengar atau kalah bersaing dan mencoba lari!.
jujur dari lubuk hati terdalam, saya yang juga angkatan 2002 lulus 2009 ini lebih menggilai dan menikmati wacana dari sebrang kampus sana dengan jurusan yang sama atau sejumlah kelompok/teman yang merayu saya dengan pengetahuan dan tantangan-tantangan baru dan ide-ide segar kepada saya, seorang bungsu dari lima bersaudara dengan ibu (almh.) dan bapak yang tidak menarik lagi.
tidak akan pernah ditemukan keberanian untuk salah (creative) didalam sebuah control sistem yang didalamnya hirarcy masih dijadikan parameter atas nama menejemen yang baik.
tidak akan pernah ditemukan menejemen yang baik bila keberanian untuk salah tidak dipermasalahkan dan dikoeksi. selama saya membaca buku perihal menejemen, Total Quality Management hal yang saya suka.
meski terkesan implusif, hanya membawa arah diri mau kemana kita. kita mampu merekonstruksi diri kita kembali menjadi lebih mengenal identitas diri kita. identitas yang absurd bernama jati diri manusia. tanpa menggantungkan lainnya.
yah! saat kuliah dulu disadari/tidak, saya mengambil keputusan untuk tidak terjebak status quo dengan lebih memilih menempatkan saya 'ada di dalam' persaingan yang sehat yang tidak tentu seimbang. karena hidup lebih berasa hidup! (progresive) pikir saya.

adalah hal yang wajar bila nilai-nilai subjektif selalu muncul ada dalam penilaian. akan tetapi tidak akan bertahan lama bila pemikiran kita berusaha untuk merayu pemikiran lainnya dan kekuatan akan legalitas kekuasaan selalu hadir setiap saat. terlebih kombinasi keduannya. alhasil pemikiran akan terbentur oleh kekuatan akan legalitas kekuasaan dengan menjadikan diri seolah-olah menutup mata untuk berani salah (creative).
bukankah hal diatas tidak dipengaruhi waktu dan tempat?. dari dulu, kuliah s.d sekarang sayang saya yang ber IPK 3,03 tidak dilatih dan terlatih menjadi pejilat. yaiccccchhh!.

Dengan emosional saya berucap:
saya lebih menghargai diri saya yang bernilai C dari pada diri saya yang bernilai B/A dari hasil menjilat.
saya lebih menghargai orang yang memberi nilai C karena saya tidak pantas mendapat nilai B.
saya tidak menyukai orang yang memberi nilai C bila saya tidak diberi kesempatan untuk berbicara.
saya lebih menyukai orang yang memberi nilai C bila saya tidak mampu mempertahankan argumen saya.
saya lebih mendiamkan orang yang memberi nilai C bila orang tersebut menggunakan kekuatan akan legalitas kekuasaannya.
tapi, bilamana saya mampu mempertahankan argumen saya sedang saya dibawah kekuatan akan legalitas kekuasaannya dan/atau saya memiliki kekuatan akan legalitas kekuasaan melebihi orang yang memberi nilai C pada saya. maka, saya juga diam berharap lambat laun dia tahu siapa saya dan apa itu kebenaran. lebih berasa tentunya.

ini adalah persaingan! entah saya tidak bisa berbuat banyak lagi! dan mengikuti arus kemana perginya angin. karena saya adalah bagaian dari 'lelaki pencari kesejahteraan lebih baik'. kerja, rumah, menikah, anak, .... perjalanan masih panjangggg....

^_^SEMANGATTTTTTTTTT..............................!!!

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger