
kami belajar dari penelitian, obeservasi, media masa dan elektronik dari jaman SMA s/d sekarang! kita masih saja berkutat pada masalah cinta dan sebenarnya proses perubahan tips/metode itu-itu saja antara subjek yang memiliki perasaan aman, nyaman, cocok dengan objek yang kesulitan mengungkapkan, tidak bereaksi, dll. justru kedinamisan lawan jenis yang diikuti dengan suasana hati (akumulasi: perasaan, kecemasan, obsesi dan fantasi) menjadikan kita selalu tertarik untuk mengikuti perkembangan tips/metode mendapatkan pujaan kita, padahal (?). ya! karena fitrahnya dia wanita (situasionable) yang berbeda dengan laki-laki.
kami belajar (tanpa perlu eksperimen-empiris):
1. cinta tanpa sexs adalah hal yang sulit dipisahkan dalam berpasangan. ditunda/tidak. selebihnya adalah pertemanan. yup! kita sering mengaggap pasangan adalah teman sekaligus kakak/adik dan sekaligus ayah/ibu.
2. sexs perlu cinta untuk menunjukkan bahwa kita tidak egois, menghormati dan menghargai (mengalah/mengerti) pasangan kalo mau sehidup semati dan menepis perselingkuhan. karena memang kepuasan seharusnya dilakukan dan disyukuri bersama-sama.
3. sexs saja??? yah jajan dongk!.
thats all about sexs meskipun not just sexs!.
coba jawab:
1. KENAPA MENERIMA YANG KURANG "PAS"
masalah apapun yang terjadi dengan pasangan dari rasa "neg" lihat muka pasangan (entah dijodohkan/apa), muka yang babak belur, ekonomi yang gak pasti dan gak tentu, sampai masalah pengangguran, atau kegilaan yang tiada henti-hentinya artinya separah apapun pasangan kita semua bisa diredam dengan sexs! seks semacam alkohol tinggal bagaimana meningkatkan kadar alkohol terebut. yaou must smart about that!. esok paginya lanjut marah-marah atau mutah-mutah... dan katanya juga kalo gonta-ganti pacar endingnya keburu cepet-cepet nikah entah sama orang yang dulunya dia hina karena kejelekan/kemiskinannya biarpun mantanya-mantanya cakep, kaya, pinter. love is blind??? enggak juga!?. jodoh??? biar kami pikir?! okelah kita memilih menikah dengan anjing/orang gila/siapa, saat ini juga!/besok! jodoh yach!. iyah jodoh???. tidak salah anggapan masyarakat cinta bisa ditemukan saat menikah!. ya iyalahhhhhhh... yang mempertemukan sexs, tekanan/beban sosial (pilih yang kemampuanya dibawah kita), dan anak yang lucu dan imoet dan gak seancur muka pasangan kita. masih mau ngelanjutin pacaran/niatan mutus? sedangkan pacarmu tidak menunjukkan kepastian?!. tahu sendiri apa konsekuensinya kalo putus?!. jangan-jangan kita sendiri aja yang gak mau /males mempelajari pasangan yup! kita jadi gak bertanggungjawab dengan amanatNya.
ada juga yang beranggapan akan tobat bila udah menikah! (ada sich contohnya) tapi catatan kejahatan sebelumnya dan sebagai bahan pertimbangan mereka menanggapi biasa kejadian "buruk" yang sama dilakukan anak mereka! dan cenderung membiarkan.
2. KENAPA YANG MENIKAH SELINGKUH
ada pengalihan bila sudah punya anak/berorientasi prestige-sosial ekonomi. setelah 2 atau 4 tahun lebih, gak salah orang berani selingkuh bila menemukan sesuatu yang lebih baik, yang menang bukan masalah kepuasan sexs tapi kemampuan financial melebihi pasangan sahnya. atau menjaga financial mereka tapi tidak mengalami kepuasan sexual, biasanya pada wanita. sedang laki-laki? bukan masalah financial tapi masalah kepuasan atau menjaga situasi sosial (kepincut janji dan sumpah dengan maratua/sayang sama anak tanpa perceraian) tapi tidak merasakan/menemukan hal yang menggairahkan. peran gigolo/selingkuhan sangat penting tentunya.
3. KENAPA GONTA-GANTI PACAR
sejarah perkembangan psikologis mengenai batasan-batasan melakukan hubungan sexs mempengaruhi kehidupan kedepanya. kecuali ketakutan dengan lillahi atau tekanan kuat masyarakat/pasangan. karena apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan pasangan yang sah bisa dimasuki kebiasaan-kebiasan waktu dulu.
sebagai catatan: kalo dijawa ada kepercayaan namanya pasaran katanya menentukan cocok gaknya pasangan melalui hari dan weton (misal: kamis legi, dll). yang harus dihindari katanya ketemu 25 dan 27. so, bagi yang percaya mending tanyakan dulu apa pasarannya. dari pada kepincut cinta dan endingnya mo nikah pasaranya gak match. kasihan kan???. lebih-lebih mempermainkan. tapi senengnya pahing katanya kaya gituch! padahal lhaaa... bingung mikir besok makan apa. he9x
andai masyarakat tidak memberikan kontrol yang keras dan tegas mengenai pasangan sah (menikah) pasti tidak akan memikirkan konsekuensi perceraian. sayang masyarakat sekarang tidak ada kontrol yang keras dan tegas mengnai pacaran, lebih-lebih orangtua. jadi pikirannya: "putus waktu pacaran tidak apa-apa asal tidak waktu menikah". malahan sepanjang pengetahuan kami ibu-ibunya anak-anak: kami disuruh untuk memacari maksimal empat wanita/laki-laki. tentu tergantung keluarga masing-masing: keluarga kami sendiri gak boleh seperti itu artinya satu buat seterunya, yup! Nyokap Almh. pernah trauma yah dengan jadinya nyuruh setia gituch dan jangan sakiti perasaan wanita. as list: mupeng liatin anak-anak pada punya lebih (gak papa!).
tahukah kamu? bila didapati penilaian orang yang menghargai hubungan manusia, tuhan dan alam akan melihat kebiasaan ganti-ganti pacar pada waktu mudah, lama kelamaan sesuai perkembangan usia tidak akan menemukan hal yang subtancy/berharga dalam kehidupan atau tidak ada yang dipelajari dari itu semua hanya kepuasan sexual/kepuasan batin atas prestasi. alhasil nilai yang berada dalam diri mereka jatuh. kecuali pernah melakukan hal yang sama. dan ternyata ada korelasi (stigma masyarakat) antara orangtua yang MBA akan menurun pada anaknya. seilmiah-ilmuahnya kita! percuma saja melawan apa yang dikatakan masyarakat???.
bagaimana cara mencintai/memperbaiki kualitas hidup genetik anak dan cucu kita dan menghargai dan menghormati makhluk ciptaan Tuhan yang maha esa?jangan pernah melakukan hal tersebut!.
terserah kualitasnya bagaimana! anda bisa mengerti dan mengatasi Bibit, Bebet, Bobot calon pasangan anda. Ok!.