
sebelum menentukan arah ideologi indonesia tentu ada beberapa hal yang subtancyable dalam menentukan karakter ideologi seseorang. salah satunya yaitu:
pengkondisian.
dimana pengkondisian menentukan seseorang untuk membawa dirinya dalam kesejahteraan, seseorang bisa saja dan mungkin syah-syah saja keluar dari ideologi (formal/nonformal) untuk mencari jaminan kesejahteraan atas dirinya dan keluarganya. bukankah pada dasarnya semua orang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
yang membatasi hanya masalah moral dan etika diamana seseorang bisa saja malu atau langsung keluar dan dianggap sebagai penghianat suatu ideologi (formal (organisasi/lembaga/dll) atau nonformal (cangkrukan, club, dll)) jika keluar, mencari yang terbaik atau memang tidak mampu.
melihat kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat indonesia tentu dalam tingkatan bawah tidak mau tahu dengan apa yang terjadi pada orang-orang pintar dan pejabat. memang mudah untuk mengambil sebuah kesimpulan yang sederhana tanpa harus dengan logika dan alasan yang rumit. dan terpenting adalah tanggungjawab terhadap keluarga dan menjaga "dapur tetap mengepul". terlepas dari pro dan kontra, disisi lain mahasiswa dianggap sebagai penyambung lidah masyarakat.
artinya,
1. masyarakat tidak selalu ingin tahu dengan kejadian perpolitikan dan memang bicara politik memberikan peran atribusi "perhatian" terhadap bangsanya.
2. kebijakan pemerintah dan pejabat terutama kebijakan sektor ekonomi mempengaruhi masyarakat dalam penilaian mereka.
3. mahasiswa memberikan "perkenalan" apa dan bagaimana sikon masyarakat.
4. tekanan militeristik memberikan
bicara pluralistik memang identik dengan posmoderisme; sekulerisme; humanisme; dll dimana memandang masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda dan tidak terlalu memikirkan dan mengkontrol sebuah penilaian yang dalam pembentukan karakter masyarakat (natural).
bahasa yang khas kita tangkap adanya perbedaan kata: pemimpin dan bawahan; kuat dan menang. dan, nilai dianggap suatu hal yang subjektif dan normatif.
Bicara apakah Indonesia dianggap negara plural (secara ideologis, sehingga banyak yang menangkap itu adalah fakta dan tidak dapat dimungkinkan masuknya syariat islam atau komunis atau dll disisi lain kontra produktif masuknya liberalisme, nasionalisme, dll secara subtancy semuanya berusaha menerobos (mempengaruhi-dipengaruhi) dan menciptakan kondisi baru (merubah status quo). yaup thats alls is politic!.
sayang terkadang kita tidak sensitif ideologi, hal ini karena peran:
1. pemimpin yang dianggap sebagai penanggung jawab atas kondisi perekonomian.
2. aparat keamanan dianggap sebagai penekan/penjaga stabilitas politik.
3. mahasiswa dianggap sebagai
tahukah kamu?
komunisme itu masih ada; status quo itu tidak menghendaki perubahan dan mereka menjaganya; liberalisme itu jalan-jalan didepan kita. tahukah kamu? pada akhirnya apapun ideologinya masyarakat tidak mau tahu. asal "dapur tetap mengepul" dan masih mencari kehudupan yang lebih baik.
dengan catatan, selama:
1. tidak ada sejarah/opini buruk mengenai sebuah "ideologi"
2. Indonesia masih terbagi beberapa kelas pemikiran, antaralain tradisonal dan moderat.
3. agama dianggap sebagai atribut yang tepat untuk dijadikan sebuah alasan yang tepat untuk menunjukkan "apa itu surga dan neraka" dengan sejumlah ayat yang mendukung dan alasan yang logis.
jadi, pluralisme di indonesia bukan sebuah alasan yang tepat jika membicarakan ideologi/masuknya syariat islam/apa. yang tepat penempatan kata pluralisme di indonesia di tempatkan pada perbedaan bersuku, beragama, tanpa kata -isme (baca:plural).
karakteristik masayarakat yang dipengaruhi keadaan ekonomi tidak terjebak pada "pelaksanaan hukum." masyarakat akan mengetahui dan mematuhi apa yang ada, asal tidak mengganggu kesejahteraan dan keluarga.
pluralistikah? jangan-jangan hanya orang yang merasa terusik saja yang mempermasalahkan hal ini dengan penglegitiminasian perbedaan.
apai yang panas itu bisa dijadikan refensi atas sebuah pengindraan dan dapat dimanfaatkan.
hal yang menyejukkan itu bisa dijadikan refensi dan tidak dapat disamakan dengan api.
 
 
