
Pageeeeeeeeeeeee................. gak bisa tidur neh! jam biologisku udah berubah dari dulu rata-rata tidur lima jam!!!. kayaknya mungkin karena stress berkepanjangan, adapun tidak mungkin karena awalnya stress jadinya kebiasaan. nanti ada acara kawinan temen di sidoarjo (anak pengusha rokok yang dulunya pabriknya kerendem Lapindo). duccccchhh... heran juga
sebagai laki-laki emang semakin tua semakin perhitungan (dipikir mateng-meteng.
sebagai wanita semakin tua semakin pengen keburu pengen kawin (takut nilainya semakin berkurang).
tapi yang namanya kesepakatan untuk saling percaya dan yakin cinta kenapa bingung dan takut. cari yang baik itu sulit mas!, mabak!. cari "senang-senang" emang mudah, lha namanya sama-sama "senang", toch! mudah mutusnya (alasan bisa dibuat(-buat) seketika juga!).
biasanya sich temen-temen gak ngasih tahu alamat dan gak nunjukin no.tlp rumah/rumah (beruntunglah jika ada yang ngasih tahu! ntah dianya niat atau emang lugu) tentu beda lagi dengan temen sekolah/kelompok. kalo terlanjur terikat masalah keluarga gampang! tinggal mutus baik-baik dengan mencari alasan terbaik dia pasti sedih dan biasanya masih berhubungan dengan maksud pelan-pelan mutus atau berusaha mengingat "romansa" dulu untuk dijadikan hubungan tanpa status (HTS)/teman tapi mesra (TTM)(ini banyak dianggap sebagai pemutusan yang laki-laki, padahal (?)), diluar itu mencari yang "terbaik".atau emang dengan alasan tertentu benar-benar tidak berhubungan (bukan bagaian yang terpenting dari hidup).
saran kami: sebaiknya suruh dia (biasanya laki-laki)harus ngasih tahu rumahnya dan no. tlp rumahnya. So, kalo yang luar kota atau daerahhh???. kami engga ngerti!.
semakin banyak tekanan, semakin banyak keputusan emosional yang diambil, padahal keputusan untuk rumahtangga itu gak gampang!. apa lagi dorongan untuk hidup lebih baik (bibit, bebet, bobot dan personality).
bukannya takut menikah tapi lebih bijaknya dibicarkan diantaranya apa dan bagaimananya. jadi, terima dia apaadanya, sadar kebutuhan itu sifatnya tidak terbatas jumlahnya dan hidup terasa lebih berkualitas jika dijalankan bersama-sama meskipun ada kekurangan disana-sini, pasti seru yach!, sayang subjek kekerasan psikologis banyak dialami perempuan, seharusnya sama-sama menyadari peran dan kedudukan masing-masing dalam rumahtangga dan agama dijadikan sebagai pegangan (kata orantua).
