20080817

MENYOAL KENAIKAN GAJI PNS

PNS (Pegawai Negeri Sipil)
apa itu PNS (selama apa yang kami lihat dan rasakan):
1. gaji bulanan dianggap sebagai alternatif membayar hutang pertengahan bulan
2. anak biasanya lebih dari dua
3. biasanya kredit motor/rumah
4. biasanya anaknya sekolah sampai perguruan tinggi
5. terlibat dalam kegiatan-kegiatan formal (Pak RT/dll)
6. dalam kantor yang ada hanya mengurusi bagaimana bekerja sesuai aturan dan anakku, anakku, anakku. Yup! disebut persaingan/bukan yang pasti ada pembahasan yang mengakibatkan persaingan.

Apa itu pola asuh PNS:
1. bila anaknya nurut, diharapkan masuk kuliah dan/atau masuk PNS
2. mengandalkan tunjangan ASKES sekeluarga dengan birokrasi yang jelas PNS!
3. mengharapkan gaji double untuk menutupi kebutuhan
4. bisa merealisasi apa yang diinginkan (bukan butuh)

Apa itu bukan PNS:
1. besok hutang siapa
2. apa yang kurang lagi dari syarat-syarat ASKIN, jangan-jangan..., jangan-jangan...
2. besok harus bisa bayar SPP
3. "loyal" dalam pekerjaan setiap waktu dan kesempatan untuk bertahan
4. ingin makan restoran

Entah parameter apa yang dilakukan untuk meningkatkan gaji PNS minimal Rp2.000.000/bulan kecuali PNS menjalankan secara profesional bukan pada masalah rumah tangga sehingga tidak mengakibatkan pencurian data birokrasi/ KKN dll. Tapi...... bukankah ini sudah masuk pada pembahasan sistem dan bukan pada pembahasan mental.
Tahukah kita bahwa permohonan supaya kita menyogok itu tidak hanya sikap tapi juga cara penekanan kata. misal publik worker: padahal pekerjaan nyanteh tapi gayanya dengan mengurus surat-surat kita (memegang surat kita donk!) seperti orang sibuk dan bicara (menekankan kata yang berhubungan dengan urusan kita) yup! terlihat stress padahal (?).

DENGARKAN:
1. pola asuh keluarga mereka: Ok! mereka terlihat miskin tapi anaknya yang sulit diatur meminta untuk dibelikan motor. Ok! mereka terlihat miskin tapi masih mampu menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. (subtitusi).
2. bukankan cara bertahan hidup pada setiap orang berbeda-beda
3. dengan sistem budaya seperti ini bukankan anak mudah yang masih PNS tidak terlalu menjadi tanggungan orangtua, dan gajinya untuk (?).
4. ada donk! praktek Nepotoisme
5. Kebutuhan itu tidak terbatas jumlahnya. bahkan bisa memicu kekhawatiran dengan praktek KKN yang lebih besar lagi. tapi lumayanlahhh... penegakan pemberantasan KKN di pusat, daerah gak tahu lagi?!. ingat! semuanya ingin lebih dan lebih dan lebih da lebih!. sekarang sayang bisa ini, besok harus bisa itu dan itu dan itu dan itu!.

KEKHAWATIRAN:
1. Parameter orangtua PNS menjadi melejit dengan memandang siapa dan bagaimana calon menantunya.
2. kalau melihat jepang ada peningkatan jenjang karir yang adil dapat kami pastikan gak ada yang menikah!. utung masih ada penjilat.
2. Permusuhan masyarakat Non-PNS terhadap pegawai PNS lebih-lebih melakukan kesalahan, bukankan PNS mencerminkan citra pemerintahan juga!.
3. Kekhawatiran bila era kepresidenan yang baru terjadi penurunan gaji PNS mengakibatkan lesunya sistem birokrasi sehingga bisa saja ini dianggap sebagai strategi politik untuk memberikan ketergantungan PNS dan/atau memberikan beban pemerintahan yang akan datang (kemungkinan tidak bisa menguasai kunci sistem lama bila melihat tidak dimungkinkannya perubahan). apa lagi citra perseorangan PNS adalah orang yang berpendidikan, sedikit banyak penyambung pemerintah ke dalam masyarakat baik formal (berseragam) atau tidak.

KAMI MENSINYALIR:
terlepas dari diarahkan atau tidak!. Ideologi atau cara pandang pemimopin kita mulai berubah seperti terpicu oleh ideologi materialistik. Dimana semua pendekatannya adalah materialistik yang dianggap memecahkan permasalahan bangsanya. atau bisa saja ini semua bentukan-bentukan baru dari tradisi lama. ah! Sutralahhhhhhh......

SEHARUSNYA:
peningkatan spiritual dengan kajian "buat apa KKN" atau "hubungan Tuhan YME, gaji cukup, keluarga dan KKN"

Bijaknya lihat dulu:
PNS dan kantor
PNS dan keluarga beserta status kekeluargaannya
PNS dan pertemanan
dalam pengaruh budaya, pola asuh, pola pikir, pengaruh lingkungan dan keluarga. bandingkan dengan Non-PNS.

Secara "eman!" masih banyak yang membutuhkan.

Pengabdian pada negara kami: INDONESIA RAYA
dan kedua orangtua Ibu (almh.) dan Bapak yang pensiunan PNS. Thanks for my goverment.

Dengan hati kami dan kita bicara


Dee

____________________________________________________________
Ukuran Objektif pemerintahan yang sukses:
Menurunya angka,
Kejahatan kriminal
Prostitusi
Moralitas (sedikitnya wanita yang berganti-ganti pasangan)
Ganguan jiwa
Pengaguran (No Comment masalahnya terganjal penelitian controversial, tapi mungkin indikator diatas bisa dijadikan data yang valid untuk mengukur keabsahan penelitian tentang pengangguran)

Karena keadaan perekonomian dan pemimpin bagi keluarga, masyarakat dan negara yang mempengaruhi ini semua.
Powered By Blogger