
Riset (aku lupa!)
seorang wanita memilih pasangannya (laki-laki) karena ada kesamaan mata dan hidung pada ayahnya.
kami mensinyalir ada batasan kualitas (toleransi) kenapa kita memilih (parameter kewajaran), meskipun ukura ideal masyarakat masih nampak ideal.
menurut kami malahan berpendapat (pliss dech risetnya gak ada!):
Orang yang kita cintai "tidak jahu-jahu" dari keluarga kita, sekali lagi bahkan pasangan kita bukan ukuran ideal masyarakat.
semacam outsideing elektra/oedipus complex.
jika kita laki-laki/wanita
A. fisiologis
kita tentu mentolerir pasangan (laki-laki) kita yang pendek; jelek; pesek;dll karena kita (wanita) punya ayah yang pendek; jelek; pesek dan sebaliknya. memang semuanya diciptakan berpasang-pasangan ko!.
tapi untuk love chamestry yang ceritanya bisa bertahan empat tahun itu, kami tidak tahu mungkin ini terjadi dengan situasi ini karena kita terlalu dekat atau mengharapkan keberadaan figur yang hilang dengan cara pengidentifikasian persamaan fisiologis.
B. ekonomi
kita tentu mentolerir pasangan kita yang mampu dan dibawanya karena kita mampu dan sebaliknya. sepanjang pengamatan kami ada ukuran jaminan ekonomi jikaorangtua kita adalah PNS dan kita mendapatkan pasangan bukan dari PNS adalah hal yang biasa dan gak perlu terlalu dikejar (gak terlalu terobsesi/menuntut pasangan PNS) ini untuk laki-laki dan berbeda dengan wanita yang orangtuannya PNS dan mungkin juga menjadi standart ideal atas jaminan hidup mereka adalah menikahi PNS. kami akui PNS adalah ukuran ideal untuk saat ini.
alasan ekonomi adalah gambaran ideal yang muncul dalam masyarakat.
kami tidak menyalahkan hegemoni masyarakat tentang orang-orang kaya yang mampu memilih pasangan yang ideal.
Kami melihat:
1. kemampuan cenderung melihat wanita sebagi sosok pelengkap yang memberikan citra pada masyarakat karena baginya kesempurnaan kehidupan mereka. mereka punya kendali atas semua hal.
2. berkecukupan cenderung melihat wanita memberikan kenyamanan. disini memang situasinya tidak aman. bayangkan kaya juga engga, kurang beruntung juga enggak. diluar itu siapa sich yang mau kurang beruntung dan seberapa jahu keterlibatan dengan masyarakat dengan hal-hal yang menjanjikan.
3. kekurangberuntungan cenderung melibatkan pasanganya dalam mengangkat kehidupan bersama. kita sering mendengar kurang beruntung aja ko! neko-neko. kesetiaan dan keamanan lebih dibutuhkan disini tapi kecantikan dan "kepandaian" bukan ukuran yang aman untuk merahinya.
lebih kompleknya:
1. wanita cantik, kaya berkaca pada laki-laki ganteng, kaya
lihat aja pergaulannya, baru ngomong! siapa sich yang mau pasangannya di sikat habis-habisan sama temen sepergaulan karena si pasangan sering mintaan atau pinjem motor, dll.
atau
laki-laki kurang berutung berkaca pada wanita kurang beruntung.
gak perlu ada perdebatan disana sini! semua ngerti. hanya maunya apa.
kedua-duanya kalo niat, kegagalan itu luar biasa sakitnya karena jarang pilihanya dan banyak pesaingnya.
2, laki-laki ganteng, kaya berkaca pada wanita berkecuukupan/kurang beruntung dan sebaliknya.
a. ya sapa sich yang gak mau! semuanya mau hidup enak!
b. kami melihat hanya masalah kepribadian yang tidak diperoleh dalam rumahnya. ini celah yang bisa dimasuki orang-orang berkecukupan dan kurang beruntung. tunjukkan best performance dan lihat selidiki apa kebutuhan psikologisnya apa?!.
gak usah minder, sejelek apapun kamu dengan kePDan tingkat tinggi gak masalah.
Misal, biasanya karena perhatian si ortu laki-laki (biasanya) tidak pernah menunjujan perhatiannya. coba serang dengan perhatian dan pujian jamin klepek-klepek kalopun gak artinya evaluasi lagi apa kebutuhan sebenarnya atau caramu yang salah. jaman sekarang emang sich yang banyak hobby ng'gobal.
Bisanya neh kalo mo survive laki-laki harus punya kekuatan atas semua perintahnya pada wanita.
Kegagalan adalah hal yang biasa semua ini cuma iseng-iseng berhadiah.
Pada kenyataanya banyak menunjukkan style luar biasa diluar itu (?).
dapat cakep, kaya syukur gak dapet yah gak papa! cari amannya saja uda syuku!.
C. Kepibadian
ini identik dengan tingkat pendidikan, etika, sopan santun, moral. kita akan mentolerir pasangan kita yang suka judi bila keluarga kita terbiasa judi. jikapun tidak, artinya kasus ini mirip-mirip dengan gambaran B2. yang pasti ada nilai lain atau motive lain.
yang pasti jika bersebrangan misal: kontrol sosial-keluarganya yang kuat karena ningrat coba belajar untuk mendekatinya dan life in jika masih bisa mentolerir, jadikan kamu bagaian dari sistem budayanya. dan sebalinya jika keluargamu ningrat ya.. cobalah untuk sedikit urakan atau pertahankan bila mereka mempertahankan keberadaanmu karena mereka bangga dengan mu.
sepulang dari rumah jika ada yang gak nyaman dengan perubahanmu pasti ada yang bilang "diajari siapa kamu!!!."
kita bisa mengukur kemampuan kita?
kita bisa bermain cantik untuk mengalahkan musuh-musuh yang gak masuk diakal kita pun bisa melawannya hanya dengan mata.
kita bisa membuatnya suka karena kita memang bisa.
tapi, apa yang dicari dari semua ini???.
kenapa semuanya tidak menunjukkan profile aslinya?!.
siapa yang berani "merubahnya" dan membantah ini semua?
"hanya pengetahuan memahami keberadaanNya kamu bisa melakukannya dan memberikan makna terbaik apa itu cinta"
idealnya pasangan:
harus pinter, baik dan punya gambaran jelas (peran keluarga mature dan inadekuat lebih banyak mengajarkan kejelasan) yang namanya kemampuan, kekuatan, kebutuhan, visi, misi terhadap pasangannya untuk kebaikan bersama dan satu lagi menahan (ngalah dan ngerti) diantaranya. semuanya memang kasuistik dengan potensi masing-masing yang dimilikinya.
pinter aja ada tempatnya. tapi bagimanapun harus punya gambaran jelas. salah satunya perbedaan gender dan kodratnya meskipun ada perbedan gaji yang diperoleh. Atau akan terjadi chaos dimana stress, bingung memposisikan/menempatkan peran, semua serba salah dan repot! lebih-lebih dalam kontrol sosial yang semakin imature seperti ini yang telah menambah daftar keinginan dan keparanoidan pasangan, meskipun pasangan kita memberikan jaminan atas kesetiaan dll. pada akhirnya hanya mengambil garis besarnya saja dan itupun standard-standard saja misal sederhananya: kalo lagi musim-musimnya baju putih bermotif bunga, pasangan dengan mudah menyimpulkan ohhh... dia suka baju itu, niatnya sureprice padahal pasangan gak suka baju itu. cape dechh... dan akhirnya lagi perlu pengelurusan visi dan misi lagi dan lagi atau kita memang gak perlu visi misi artinya juga kita mampu membawa pasangan kita tanpa harus bersama-sama menjalankannya. oleh sebab itu kenapa kedewasaan dicari (umumnya terjadi pada wanita) disetiap pasangan, masalahnya pasangan yang menginginkanya gak mampu/males berjuang "sama-sama" atau emang males berantem lagi gara-gara masalah perbedaan visi dan misi. artinya juga laki-laki lebih memiliki kuasa atas dirinya sehingga lebih memilih yang lebih mudah. wajar kenapa disarankan untuk menikah dengan selisih lima tahun lebih tua bagi wanita. tapi kalo dipikir-pikir hidup gak sejaman itu gak asik! gak bisa diajak diajak senssasional, gak asik dach! mungkin buktinya kami banyak mendengar keluhan yang terjadi pada orang yang lebih tua dengan istrinya, dan sebaliknya. lagian parameter kedewasaan tidak diukur dari seberapa tua usia laki-laki tapi ability personalnya dewasa apa gak!.
komunikasi interpersonal kami menyebutnya dan menyarankannya.
pelajari wanita dan kamu akan merasakan bagaimana indahnya dunia.
pelajari laki-laki dan kamu akan merasakan bagaimana kuasa dunia.